Obyek Wisata Di Kabupaten Kebumen, Cukup Banyak Aneka Ragamnya. Ada
Obwis (Obyek Wisata) Pantai Atau Laut, Gua, Wadhuk Atau Bendungan,
Wisata Kebumian Dan Yang Terakhir Adalah Obwis Pemandian Air Panas
Krakal. Obwis Ini Bisa Dikatakan Sebagai Wisata Medis, Karena Orang Yang
Datang Ke Tempat Tersebut Adalah Untuk Berobat.Penyakit Yang Bisa
Diobati Di Sini Memang Khusus, Yakni Penyakit Kulit. Tetapi, Kenapa
Harus Mengobati Penyakit Kulit Saja Kok Harus Di PAP (Pemandian Air
Panas), Ada Baiknya Kalau Menyimak Sedikit Legenda Yang Terjadi Di Obwis
Tersebut.Menurut Cerita Orang Tua, Sekalipun Bukan Cerita Baku, Tetapi
Di Tempat Tersebut Pernah Ada Suatu Keajaiban. Konon, Ada Seorang Dari
Keluarga Kerajaan Dari Kartosuro, Namun Siapa Nama Yang Menderita
Penyakit Kulit. Sudah Banyak Tabib Dan Orang Pintar Lain Yang Dimintai
Tolong, Tetapi Semuanya Tak Bisa Menyembuhkan. Menurut Cerita Orang Tua,
Sekalipun Bukan Cerita Baku, Tetapi Di Tempat Tersebut Pernah Ada Suatu
Keajaiban. Konon, Ada Seorang Dari Keluarga Kerajaan Dari Kartosuro,
Namun Siapa Nama Yang Menderita Penyakit Kulit. Sudah Banyak Tabib Dan
Orang Pintar Lain Yang Dimintai Tolong, Tetapi Semuanya Tak Bisa
Menyembuhkan. Tentu Saja, Keluarga Raja Tersebut Menjadi Bingung.
Akhirnya Diputuskan Untuk Melakukan Semedi Atau Bertapa. Dalam
Keheningan Semedinya Ini Terdengar Lamat-Lamat Ada Suara Yang Tak Tahu
Dari Mana Asal Suara Tersebut. Namun Suara Tersebut Sangat Jelas, Bahwa
Penyakit Kulit Yang Diderita Keluarga Keraton Tersebut Bisa Disembuhkan.
Syaratnya, Orang Yang Dimaksud Harus Dimandikan Di Sebuah Sungan Yang
Katanya Diberi Nama Kali Asin. Namun Dalam Ilham Atau Wisik Tersebut Tak
Dijelaskan Dimana Tempatnya. Untuk Keperluan Tersebut, Pangeran Juru
Mendapat Perintah Untuk Melacak Tempat Yang Dimaksud, Yakni Tempat
Penyembuhan Penyakit Kulit Yang Diderita Keluarga Keraton Kartosuro.
JELAJAH KEBUMEN
Salah Satu Kota NGAPAK-nya Jawa Tengah
Selasa, 26 Februari 2013
Kamis, 21 Februari 2013
Benteng Van Der Wijck
Jika anda berkunjung ke Kebumen, tidak ada salahnya anda singgah
sejenak ke objek wisata sejarah yakni benteng Van der Wijck.
Lokasinya yang cukup dekat dari jalan utama/raya Kebumen -Yogya,
yakni sekitar 300 meter, amatlah sayang jika dilewatkan begitu
saja. Benteng kuno dengan dominasi warna merah ini cukup menyolok
diantara bangunan lain, namun tersamar dari jalan utama mengingat
gerbang masuk lokasi wisata ini cukup jauh dari pintu gerbang
benteng. Disediakan kereta api mini yang siap mengantarkan
pengunjung dari gerbang utama mengelilingi objek wisata
bersejarah ini. Anda tidak usah kuatir bahwa berada dilokasi objek wisata
sejarah ini, nantinya hanya akan disuguhi bangunan kuno yang
cenderung membosankan dan kurang diminati anak-anak. Beberapa
sarana permainan anak-anak telah dibangun disekitar benteng
seperti perahu angsa, kincir putar dan berbagai macam permainan
anak lainnya. Tak ketinggalan juga sebuah patung dinosaurus
raksasa ikut dibangun untuk meramaikan suasana dan lebih
mengakrabkan dengan dunia anak-anak. Bahkan sebuah stasiun kereta
api mini dibangun dibagian atas benteng tepat diatas gerbang
utama, memungkinkan pengunjung untuk mengitari sisi atas
benteng dengan menggunakan kereta mini.
Didalam benteng itu sendiri pengunjung bisa melihat beberapa foto
dokumentasi seputar bentuk asli bangunan benteng saat ditemukan
dan tahap-tahap pemugaran yang telah dilakukan terhadapnya.
Ruangan-ruangan bekas barak militer, asrama, pos jaga bisa
dilihat didalam benteng dan semuanya boleh dibilang dalam keadaan
rapi dan bersih. Hanya saja sebuah papan pengumuman yang ditempel
dibagian luar benteng berisi "Sebelum masuk benteng sebaiknya
anda berdoa sejenak menurut kepercayaan masing-masing", sempat
menimbulkan kerutan didahi saat membacanya karena berkesan seram.
Mungkinkah pernah terjadi hal-hal diluar nalar yang menimpa
pengunjung saat berada didalam benteng, seperti kesurupan ?
Benteng Van der Wijck sebenarnya dibangun pada awal abad 19
atau sekitar tahun 1820-an, bersamaan meluasnya pemberontakan
Diponegoro. Pemberontakan ini ternyata sangat merepotkan
pemerintah kolonial Belanda karena Diponegoro didukung beberapa
tokoh elit di Jawa bagian Selatan. Maka dari itu Belanda lalu
menerapkan taktik benteng stelsel yaitu daerah yang dikuasai
segera dibangun benteng. Tokoh yang memprakarsai pendirian
benteng ini adalah gubernur jenderal Van den Bosch. Tujuannya
jelas sebagai tempat pertahanan (sekaligus penyerangan) di daerah
karesidenan Kedu Selatan. Pada masa itu, banyak benteng yang
dibangun dengan sistem kerja rodi (kerja paksa) karena ada aturan
bahwa penduduk harus membayar pajak dalam bentuk tenaga kerja.
Tentu saja cara ini membuat penduduk kita makin menderita apalagi
sebelumnya gubernur jenderal Deandels punya proyek serupa yaitu
jalan raya pos (Anyer � Penarukan, sepanjang l.k. 1.000
km), juga dengan kerja rodi.
Dilihat dari bentuk bangunan, pembangunannya sezaman dengan
benteng Willem (Ambarawa) dan Prins Oranje (Semarang � kini
sudah hancur). Pada awal didirikan, benteng dengan tinggi tembok
10 m ini diberi nama Fort Cochius (Benteng Cochius). Namanya
diambil dari salah seorang perwira militer Belanda (Frans David
Cochius) yang pernah ditugaskan di daerah Bagelen (salah wilayah
karesidenan Kedu). Nama Van der Wijck, yang tercantum pada bagian
depan pintu masuk, merupakan salah seorang perwira militer
Belanda yang pernah menjadi komandan di Benteng tersebut.
Reputasi van der Wijck ini cukup cemerlang karena salah satu
jasanya adalah membungkam para pejuang Aceh, tentunya dengan cara
yang kejam.
Pada zaman Jepang, benteng ini dimanfaatkan sebagai barak dan
tempat latihan para pejuang PETA.
Dilihat dari fisiknya, bangunan yang luasnya 3.606,62 m2 ini
sudah mengalami renovasi yang cukup bagus. Sayangnya renovasi ini
kurang memperhatikan kaidah konservasi bangunan bersejarah
mengingat bangunan ini potensial sebagai salah satu warisan
budaya (cultural heritage)
Sumber : http://www.navigasi.net
Goa Jatijajar
Gua Jatijajar adalah sebuah tempat wisata berupa gua alam yang terletak di desa Jatijajar, Kecamatan Ayah, Kabupaten Kebumen. Gua Jatijajar yang terletak kurang lebih 21 kilometer ke arah selatan Gombong melewati rel kereta, atau 42 kilometer arah barat Kebumen.
Ditinjau dari sejarahnnya Goa
Jatijajar ditemukan oleh seorang petani yang memiliki tanah di atas Gua
tersebut yang Bernama “Jayamenawi”. Pada suatu ketika Jayamenawi sedang
mengambil rumput, kemudian jatuh kesebuah lobang, ternyata lobang itu
adalah sebuah lobang ventilasi yang ada di langit-langit Gua tersebut.
Lobang ini mempunyai garis tengah 4 meter dan tinggi dari tanah yang
berada dibawahnya 24 meter. Pada mulanya pintu-pintu Gua masih tertutup
oleh tanah. Maka setelah tanah yang menutupi dibongkar dan dibuang,
ketemulah pintu Gua yang sekarang untuk masuk. Karena di muka pintu Gua
ada 2 pohon jati yang besar tumbuh sejajar, maka gua tersebut diberi
nama Gua Jatijajar.
Pada tahun 1975 Gua Jatijajar mulai
dibangun dan dikembangkan menjadi Objek Wisata. Adapun yang mempunyai
ide untuk mengembangkan atau membangun Gua Jatijajar yaitu Bapak
Suparjo Rustam sewaktu menjadi Gubernur Jawa Tengah. Sedang pada waktu
itu yang menjadi Bupati Kebumen adalah Bapak Supeno Suryodiprojo.Memasuki dan menyusuri Gua Jatijajar kita akan dibuat
terkagum dan takjub. Pemandangan indah dapat kita nikmati dengan
leluasa, karena hampir disetiap ruangan dalam gua ini dilengkapi dengan
penerangan yang sangat memadai. Di ruangan dalam gua juga tersedia
beberapa kursi bagi pengunjung yang ingin rehat sejenak menikmati
sekeliling ruangan dalam gua tersebut. Sesekali tetesan air dari
langit-langit gua mengenai bagian tubuh dan kepala kita.
Hampir
di sepanjang lorong gua kita akan menjumpai beberapa patung yang
menceritakan legenda Raden Kamadaka seorang putera mahkota kerajaan
Pajajaran. Pemandangan indah lainnya adalah kita melihat banyak ornamen
stalaktit dan stalagmit. Semakin ke dalam kita akan menjumpai sungai bawah tanah yang dikenal dengan istilah Sendang. Air
mengalir sangat jernih dan segar, bahkan ada kepercayaan jika kita
mencuci muka dengan air Sendang Mawar dan Kantil, maka selain menjadi
awet muda juga akan tercapai apa yang dicita-citakannya.
Pintu keluar Gua Jatijajar persis bersebelahan dengan pintu masuk. Objek
wisata ini telah dilengkapi dengan berbagai sarana prasarana wisata
seperti tempat parkir yang luas, tempat bermain, kios makanan,
buah-buahan dan toko cindera mata ataupun souvenir.
Sumber : http://wisata.kompasiana.com
Senin, 18 Februari 2013
Pantai Tanjung Bata dan Menganti
Pantai Menganti di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, punya karakter yang membedakannya dari pantai-pantai lain. Lanskapnya cantik, pasirnya putih, namun ombaknya gahar. Inilah surga para fotografer dan peselancar.
Sebagai orang yang cinta pada daerah sendiri, saya ingin berbagi cerita tentang Pantai Menganti. Berlokasi di Kecamatan Ayah, Kabupaten Kebumen, medan yang harus ditempuh menuju pantai ini terbilang sulit. Saya harus melewati lanskap perbukitan dan jalan yang sempit.
Dari Kecamatan Gombong, ikuti saja jalan ke arah Kecamatan Karangbolong. Tiba di pertigaan Karangbolong (kiri arah Pantai Suwuk, kanan arah Karangbolong), ambil arah kanan dan ikuti jalan sampai kira-kira 10 km. Tiba di pertigaan Desa Karangduwur, saatnya mengambil arah kiri.
Pantai Menganti berada di antara Pantai Karangbolong dan Pantai Ayah. Waktu tempuhnya sekitar 45 menit dari kedua pantai tersebut. Menganti juga bisa diakses melalui sisi barat, yakni menyusuri Pantai Ayah terus ke arah selatan, kemudian ke arah timur menyusuri jalan perbukitan yang menanjak dan berliku. Jangan kuatir, jerih payah ini akan terbayar dengan pemandangan alam yang menakjubkan.
Pantai Menganti sering dikunjungi oleh wisatawan lokal. Dari berlibur, sampai untuk keperluan berburu foto oleh penggila seni fotografi. Para fotografer profesional biasa memanfaatkan kecantikan Menganti untuk foto pre-wedding.
Pantai ini juga menjadi sumber penghasilan bagi warga setempat dengan menjadi nelayan. Ikan di lepas pantainya cukup banyak dan variatif. Ada juga tempat pelelangan ikan dan rumah-rumah nelayan.
Pada 23-24 Juli 2011 lalu, untuk pertama kalinya, pantai ini menjadi tuan rumah untuk ajang selancar tingkat nasional. Kejurnas selancar ini diikuti oleh 50 peselancar tingkat nasional dan ASEAN. Peselancar asal Indonesia berasal dari Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa Timur, dan Bali. Mereka menjajal tingginya ombak Meranti.
Menurut sejumlah peselancar, Pantai Menganti memiliki karakteristik yang unik. Ombaknya cukup besar dan karang yang tersebar menjadi tantangan tersendiri bagi mereka. Pesona keindahan pantai berpasir putih itu juga tak kalah jika dibandingkan dengan pantai-pantai lain yang tersohor di Indonesia.
Selamat berkunjung ke Pantai Tanjung Bata dan Menganti !!!!
Langganan:
Postingan (Atom)